Kamis, 24 September 2015

Diskusi Tentang Pantai Sine dengan Warga

Beliau yang berbincang dengan saya adalah salah satu tokoh masyarakat pesisir pantai Sine yang membimbing karangtaruna,beliau bernama Pak Jupri. Siang itu kami larut benbincang-bincang mengenai sisi dari pantai matahari terbit ini,ternyata masih banyak sisi yang tidak banyak orang ketahui.Dengan aktif beliau berusaha untuk membangkitkan semangat warga dalam menyikapi insfrastuktur yang terus meningkat walaupun beliau juga berujar bahwa perlu kesadaran dan kesabaran dalam memberi pengarahan kepada warga.Pantai yang terletak di Desa Kalibatur Kecamatan Kalidawir untuk 2 tahun terakhir ini memiliki perhatian khusus dihati Tulungagung,pantai yang terletak 37 km dari pusat kota Tulungagung ini menjadi andalan wisata karena 2 tahun ini fasilitas pantai diperbaiki dan jalanan dari Kecamatan Kalidawir sampai pantai sudah sangat bagus,selain itu juga sudah terdapat rambu-rambu petunjuk menuju Pantai.Mayoritas penduduk pesisir pantai bekerja sebagai nelayan,hanya sebagian masyarakat yang memiliki kapal,sebagian lagi hanya menjadi buruh.Tidak seluruh nelayan itu orang Sine ada sebagian buruh adalah pendatang,ada yang dari Sulawesi dan ada yang dari Indonesia Timur.Setelah beberapa periode ini pantai Sine mendapat perhatian lebih dengan dibangunnya infrastuktur sebaigian warga merasa diuntungkan dengan keadaan ini,karena dengan bagusnya jalan dan adanya TPI baru yang memiliki lahan parkir yang luas membuat minat pengunjung meningkat,dulu pantai Sine ini hanya bias mengundang 50 pengunjung diakhir pekan,tetapi sekarang tiap Minggunya bias lebih dari 100 pengunjung,belum lagi kalau ada event.Nah dengan adanya dampak peningkatan pengung ini oleh warga dimanfaatkan untuk menjual hasil tangkapannya langsung dengan cara diasap,sekarang sudah dapat dijumpai warung-warung warga yang menjual ikan asap ini disekitar TPI baru,ikan yang dijualpun bermacam-macam mulai dari baby Tuna,cakalang,kakap,tongkol dan masih banyak jenis yang lainnya.Pengunjung yang datang tidak hanya dari Tulungagung tetapi juga banyak dari luar kota,rata-rata dari pengunjung itu mendapatkan informasi tentang pantai Sine ini dari internet/media social.Kegiatan masyarakat Sine ketika musim dan angin tidak bersahabat untuk melaut adalah memperbaiki kapal atau jarring,jadi ketika musim dan angin sudah kembali bersahabat alat mereka sudah siap untuk digunakan kembali,selain itu juga sebagian warga ada yang memilih untuk bercocok tanam,untuk profesi sebagi peternak masih sangat minim karna mereka menganggap menjadi nelayan masih sangat menggiurkan daripada profesi-profesi yang lain.
Yang menarik diberbincangan saya dengan pak Jupri adalah ketika masuk ditopik pembahasan hutan cemara.Hutan cemara ini berada diutara dari pantai Sine.kenapa saya katakana ini menarik karna peningkatan sampah yang sangat luar biasa,saya mengunjunginya hanya berjarak seminggu sampah sudah menumpuk dimana-mana dan ada pula sisa-sisa kayu dari hasil bakar ikan.”kita karang taruna dan warga juga tahu mbak kalau disana banyak sampah dan meningkat terus,kemarin-kemarin kalau pas karangtaruna tidak melaut ya mereka bergotong royong untuk membersihkan tapi kalau pas musim melaut ya karangtarunyanya kerja semua mbak,dan kalaupun kita mau membuat system tiket disana kita masih terhalang dengan ijin dari masyarakat,karna ada sebagian masyarakat yang masih jauh untuk berfikir kesitu” ujar pak Jupri.sangat miris mendengar itu dari pak Jupri karna memang sampah yang begitu banyak dan karang taruna yang tidak bias terus menerus berada dikawasan cemara tersebut,andakan mau dibuat tiket masuk itu hanya sekedar untuk uang kebersihan dan keamanan,karena kalau nanti ada apa-apa pasti warga yang direpotkan.harus ada keamanan juga untuk berjaga-jaga ada anak muda yang bertindak tidak bermoral disana karena tempatnya sangat memungkinkan untuk berbuat negative,selain itu juga seperti kegiatan bakar-membakar kayu bias diminimalis dengan adanya keamanan untuk mengurangi kemungkinan kebakaran karena dihutan cemara ini juga banyak gambut kering yang mudah sekali terbakar.Tetapi masih terganjal dengan beberapa warga yang cara berfikirnya masih jauh sehingga mereka berfikir nantinya uang tiket itu bias saja disalah gunakan oleh karangtaruna,maklum saja warga pesisir masih memiliki SDM yang terbatas,sebagian besar dari mereka adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya beberapa orang saja dan yang masih Mahasiswa hanya 4 orang,sekolahan yang ada dipesisirpun hanya Sekolah Dasar.Dari sini sudah jelas bahwa potensi wisata saja tidak cukup apabila yang terlibat langsung (warga) masih kurang bimbingan dalam segi pengolahan potensi dan pemberdayaannya.Saya yakin orang-orang yang paham dengan potensi pantai Sine ini sudah berebutan untuk menanam saham dan modal,buktinya sudah banyak orang-orang dari luar kota yang berebut membeli tanah untuk membuat lahan usahanya sedang warga sendiri belum faham dan melepas haknya demi keuntungan yang dianggapnya besar untuk msekarang.
Banyak sekali organisasi,komunitas,atau lembaga yang datang ke pantai Sine ini yang memiliki kepedulian lebih terhadap problematika untuk membantu mulai dari memberikan bimbingan pengolahan hasil laut,penanaman bibit mangrove,pemberian tempat sampah,pemberian tanda-tanda bahaya/larangan bahaya,dan penanaman karang dilaut.sayangnya untuk bimbingan-bimbingan pemberdayaan warganya masih kurang maksimal.contohnya seperti bimbingan pengolahan hasil laut,seperti pentol tuna,tahu tuna,dan stick tuna ini memberikan kegiatan positif untuk ibu-ibu tetapi masih terkendala alat untuk membuat adonan dan pemasaran sehingga terkesan jalan ditempat dan hanya dikonsumsi sendiri.kalaupun ada bimbingan tentang wisata itupun juga tidak berkelanjutan sehingga minat warga menjadi menurun dan terkesan acuh.Ya sesambi berdoa kita terus bertindak sejauh kemampuan,saya terus berharap semoga sosok pak Jupri ini nantinya akan bertambah sehingga pantai Sine akan dipenuhi orang-orang yang sadar akan kekayaannya dan pandai dalam pengolahannya.

0 komentar:

Posting Komentar